Kamis, 02 Januari 2014

Bank BRI Akan Berikan Hadiah Mobil Lamborghini Bagi Pemenang Kartu Kredit


PT Bank Rakyat Indonesia Tbk menggandeng Pacific Place Mall yang merupakan pusat perbelanjaan premium untuk menggenjot jumlah pengguna kartu kreditnya.
Vice President Marketing Communication BRI Sugiarti menyebutkan, saat ini pengguna kartu kredit BRI sudah mencapai 600 ribu orang, sebesar 30% dari jumlah  itu adalah nasabah prioritas yang punya simpanan di BRI minimal Rp 500 juta.
Dengan kerjasama  ini, Sugiarti menyebutkan, pengguna kartu nasabah prioritas yang punya kartu kredit platinum ditargetkan akan bertambah hingga 30%.
“Total pengguna kartu kredit kita 600 ribu orang. Dengan kerjasama ini, ya mungkin bisa naikin 30%,” kata Sugiarti saat acara Lamborghini Giveaway di Hard Rock Cafe, Pasific Place Mall, Jakarta, Selasa (10/12/2013).
Dia menyebutkan, saat ini pihaknya mematok bunga kartu kredit di kisaran 2,9%. “Bunga kita masih di 2,9%,” kata dia.
Sugiarti menjelaskan, dengan berbelanja menggunakan kartu kredit BRI di Pacific Place di musim Natal dan tahun baru, pengunjung berkesempatan memenangkan berbagai hadiah istimewa dari Bi-Monthly Lucky Draw.
Hadiah tersebut adalah 2 set perhiasan dari Swarovski, 2 unit iPhone 5S, 2 unit iPad Air, 2 unit Samsung Galaxy Note 3, 2 unit kamera digital Leica D-Lux 6, dan 2 Gift Card dari Galeries Lafayette senilai total Rp 20 juta.

Analisis :
Bank BRI akan memberikan hadiah sebuah mobil Lamborghini Bagi Pemenang Kartu Kredit. Menurut saya  promosi ini  sangat menarik sekali khususnya untuk para nasabah bank BRI.  Dengan adanya hadiah seperti ini memberikan pacuan kepada para nasabah untuk terus menggunakan kartu kredit.  Apalagi dengan bunga yang dipatokan tidak terlalu tinggi yaitu sebesar 2,9 % membuat para nasabah minat untuk bekerja sama dengan Bank BRI.  Promosi lainya yaitu dengan berbelanja menggunakan kartu kredit BRI di Pacific Place di musim Natal dan tahun baru, pengunjung berkesempatan memenangkan berbagai hadiah istimewa dari Bi-Monthly Lucky Draw.  Hadiah tersebut adalah 2 set perhiasan dari Swarovski, 2 unit iPhone 5S, 2 unit iPad Air, 2 unit Samsung Galaxy Note 3, 2 unit kamera digital Leica D-Lux 6, dan 2 Gift Card dari Galeries Lafayette senilai total Rp 20 juta. Hadiah-hadiah seperti ini pantas diberikan kepada nasabah yang setia menggunakan produk-produk dari Bank BRI karena akan membuat nasabah menjadi senang dan terus percaya menggunakan produk-produk yang ditawarkan bank BRI.

Sumber : www.beritakaget.com

Kinerja BEI Ditahun 2013 Dinilai Paling Buruk Di Bursa Regional


Kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) di tahun ini paling buruk dibandingkan bursa-bursa regional lainnya seperti Jepang, China, dan Malaysia.
Kepala Eksekutif Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida mengatakan, kinerja pasar modal tahun ini memang tidak seperti yang diharapkan. Namun, pihaknya tetap optimis di tahun depan bakal mencapai kinerja yang lebih baik.
“Jadi memang betul tidak seperti yang kita harapkan. Tahun ini belum mencapai indeks yang positif karena tidak terlepas dari kondisi dan tekanan di 2013, OJK selaku regulator dan pengawas tetap melakukan hal-hal agar pasar modal bertumbuh,” kata Nurhaida saat acara Konferensi Pers Akhir Tahun 2013 dan Penutupan Perdagangan 2013 di Gedung BEI, Jakarta, Senin (30/12/2013).
Bursa Jepang, China, dan Malaysia menempati 3 urutan teratas nilai kapitalisasi di bursa regional.
Bursa Jepang menempati urutan pertama. Nilai kapitalisasinya mencapai US$ 4.536.341 juta per 26 Desember 2013 dari US$ 3.614.778 juta di 2 Januari 2013 atau naik 25,39%.
Bursa China mencapai urutan ke-2 dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar US$ 3.261.911 juta per 26 Desember 2013 atau naik 8,69% dari nili kapitalisasi ditanggal 2 Januari 2013 sebesar US$ 3.001.139 juta.
Bursa Malaysia mencatat rekor ketiga dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar US$ 490.250 juta di 26 Desember 2013 atau naik 5,22% dari periode 2 Januari 2013 yang hanya US$ 465.932 juta.
                                       
Analisis:
Kinerja BEI Ditahun 2013 Dinilai Paling Buruk Di Bursa Regional. Kinerja Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013 mengalami penurunan dan dinilai paling buruk dibandingkan bursa-bursa regional lainnya seperti Jepang, China, dan Malaysia. Bursa Jepang, China, dan Malaysia menempati 3 urutan teratas nilai kapitalisasi di bursa regional. Bursa Jepang menempati urutan pertama. Nilai kapitalisasinya mencapai US$ 4.536.341 juta per 26 Desember 2013 dari US$ 3.614.778 juta di 2 Januari 2013 atau naik 25,39%. Bursa China mencapai urutan ke-2 dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar US$ 3.261.911 juta per 26 Desember 2013 atau naik 8,69% dari nili kapitalisasi ditanggal 2 Januari 2013 sebesar US$ 3.001.139 juta. Dan Bursa Malaysia mencatat rekor ketiga dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar US$ 490.250 juta di 26 Desember 2013 atau naik 5,22% dari periode 2 Januari 2013 yang hanya US$ 465.932 juta. Pada tahun ini kinerja BEI memang belum sesuai apa yang diharapkan dan  BEI belum  mencapai indeks yang positif karena tidak terlepas dari kondisi dan tekanan di 2013,  pasar modal OJK selaku regulator dan pengawas tetap harus melakukan hal-hal agar pasar modal bertumbuh. Namun, kita harus tetap optimis di tahun depan BEI harus  mencapai kinerja yang lebih baik.  

Sumber : www.beritakaget.com

Dollar Diprediksikan Tembus Level Rp 13.000 Di Tahun 2014


Dolar AS terus menguat terhadap rupiah akhir tahun 2013 ini. Akankah dolar menembus level Rp 13.000 di tahun 2014 nanti?
“Sepertinya level Rp 13.000/US$ akan terlihat di awal tahun depan. Apalagi jika benar AS akan menghentikan stimulus. Saat ini stimulus masih berjalan meski berkurang menjadi U$ 75 miliar per bulan,” kata Senior Analyst dan Corporate Trainer PT Millennium Penata Futures, Suluh Adil Wicaksono ketika berbincang dengan detikFinance, Minggu (25/12/2013)
Dijelaskan Suluh, faktor eksternal lebih dominan mempengaruhi nilai tukar rupiah. Apalagi ditambah faktor internal seperti current account dan neraca perdagangan yang kurang baik.
Ia menceritakan, rupiah melemah untuk pertama kalinya di bulan Agustus-September 2013 kemarin yang menembus level Rp 9.500-10.000/US$.
“BI masih adem ayem dan menggunakan cadangan devisa kita untuk melakukan intervensi rupiah. Kemudian menaikkan tingkat suku bunga untuk mengerem pelepasan rupiah. Tetapi nampaknya belum efektif,” kata Dia.
Kemudian pada November-Desember 2013 rupiah terus melemah membentuk equilibrium baru dari Rp 10.000/US$ menjadi Rp 11.000/US$. Dan saat ini di Rp 12.200/US$.
“Inflasi yang tinggi hingga 8,3% membuat BI dan pemerintah lebih waspada dalam mengeluarkan kebijakan. Defisit neraca perdagangan beberapa bulan terakhir membuat pertumbuhan ekonomi kita hanya dikisaran 5%. Rupiah terlihat tertekan terhadap dolar. Permintaan dolar di akhir tahun meningkat membuat rupiah semakin terpuruk,” tuturnya.

Analisis :
Dollar pada tahun 2014 di prediksi akan tembus level Rp 13000. Dengan melemahnya rupiah pada tahun 2013 yaitu di bulan Agustus-September 2013 kemarin yang menembus level Rp 9.500-10.000/US$.  Kemudian pada November-Desember 2013 rupiah terus melemah membentuk equilibrium baru dari Rp 10.000/US$ menjadi Rp 11.000/US$, saat ini di Rp 12.200/US$. Dengan keadaan seperti itu Bank Indonesia dan pemerintah harus lebih waspada dalam mengeluarkan kebijakan. Inflasi yang tinggi mencapai 8,3 % memyebabkan defisit neraca perdagangan beberapa bulan terakhir membuat pertumbuhan ekonomi hanya berkisar 5%. Keadaan seperti ini membuat rupiah tertekan terhadap dollar karena permintaan dollar di akhir tahun terus meningkat membuat rupiah semakin terpuruk. Kalau memang hal ini benar terjadi akan sangat berpengaruh dan menganggu masyarakat kecil. Indonesia akan semakin terpuruk dan Banyak para pihak yang merasa keberatan dengan keadaan ini. Naiknya dollar ini berdampak buruk untuk masyarakat di Indonesia. Hal ini harus dicegah, karena kita juga harus benar-benar memikirkan factor eksternal maupun internal agar semua masyarakat merasakan keadilan dan hak yang sama yang seharusnya mereka dapat tidak hanya memandang dari satu arah ajah dan memikirkan kepentingan pribadi.

Sumber : www.beritakaget.com
                         

BI: Utang Indonesia Rp 3.204 Triliun, Masih Aman


Utang luar negeri Indonesia pada Oktober 2013 mencapai USD 262,4 miliar. Utang tersebut terdiri dari utang pemerintah serta swasta. Walaupun utang luar negeri Indonesia tembus USD 262,4 miliar, bank sentral menyebut posisi utang ini masih aman.
Dalam keterangan pers bank sentral, rasio posisi utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Oktober 2013 tercatat sebesar 29,5 persen dan berada dalam posisi aman sesuai praktik internasional. Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan perlambatan pertumbuhan utang luar negeri masih akan berlanjut sambil terus memantau dengan ketat perkembangan utang luar negeri Indonesia. Terutama utang luar jangka pendek swasta, sehingga tetap optimal mendukung perekonomian Indonesia.
Bank Indonesia menyebut utang luar negeri Indonesia yang mencapai USD 262,4 miliar pada Oktober 2013 terus tumbuh melambat. Angka utang tersebut tumbuh melambat 5,8 (persen yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mencapai 6,7 persen (yoy).
Perlambatan pertumbuhan utang luar negeri terjadi baik pada sektor publik maupun sektor swasta. Posisi utang luar negeri sektor publik pada Oktober 2013 mencapai USD125,8 miliar atau tumbuh melambat menjadi 0,5 persen (yoy), dari bulan sebelumnya sebesar 2,1 persen (yoy). Sementara itu, posisi utang luar negeri sektor swasta tumbuh stabil dibanding bulan sebelumnya sebesar 11,1 persen (yoy), mencapai nilai USD136,6 miliar.
Berdasarkan jangka waktu, komposisi utang luar negeri jangka panjang tetap stabil mendominasi utang luar negeri Indonesia pada Oktober 2013. Posisi utang luar negeri Indonesia sebagian besar terdiri dari utang luar negeri berjangka panjang, yaitu sebesar USD 216,1 miliar (82,4 persen dari total ULN), sementara sisanya sebesar USD 46,3 miliar (17,6 persen dari total ULN) merupakan utang luar negeri jangka pendek.
Utang luar negeri berjangka panjang pada Oktober 2013 tumbuh 5,1 persen (yoy), lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan periode Januari-September 2013 6,8 persen (yoy). Sementara itu, utang luar negeri berjangka pendek tumbuh sebesar 8,8 persen (yoy), lebih lambat dari rata-rata pertumbuhan periode Januari-September 2013 17,7 persen (yoy).

Analisis :
Utang Indonesia mencapai USD 262,4 miliar atau Rp. 3.204 Triliun dianggap masih dalam keadaan  aman oleh Bank Indonesia. Pada bulan oktober 2013,  utang luar negeri Indonesia mencapai USD 262.4 dan  rasio posisi utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Oktober 2013 tercatat sebesar 29,5 persen dan berada dalam posisi aman sesuai praktik internasional. Berdasarkan jangka waktu, komposisi utang luar negeri jangka panjang tetap stabil mendominasi utang luar negeri Indonesia pada Oktober 2013. Posisi utang luar negeri Indonesia sebagian besar terdiri dari utang luar negeri berjangka panjang, yaitu sebesar USD 216,1 miliar (82,4 persen dari total ULN), sementara sisanya sebesar USD 46,3 miliar (17,6 persen dari total ULN) merupakan utang luar negeri jangka pendek. Utang luar negeri berjangka panjang pada Oktober 2013 tumbuh 5,1 persen (yoy), lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan periode Januari-September 2013 6,8 persen (yoy). Sementara itu, utang luar negeri berjangka pendek tumbuh sebesar 8,8 persen (yoy), lebih lambat dari rata-rata pertumbuhan periode Januari-September 2013 17,7 persen (yoy).  Dengan keadaan yang seperti ini kita harus  memperkirakan perlambatan pertumbuhan utang luar negeri masih akan berlanjut sambil terus memantau dengan ketat perkembangan utang luar negeri Indonesia. Terutama utang luar jangka pendek swasta, sehingga tetap optimal mendukung perekonomian Indonesia.  Semoga utang di Indonesia tidak terus bertambah tetapi malah semakin melambat atau berkurang karena ini demi kebaikan Negara Indonesia itu sendiri semoga perekonomian di Indonesia tidak terganggu dan tetap stabil.

Sumber : www.beritakaget.com